Rabu, 13 Juni 2012

Hukum Memperingati Maulid Nabi Muhammad saw

A. Fatwa Para Ulama

al-Imam Abu Syamah (Abdurrahman bin Ismail) yang wafat pada 655 H, guru dari al-Imam Nawawi rahimahullah berkata: "Sesungguhnya termasuk salah satu bid'ah yang paling baik, yang dilakukan orang-orang pada masa kita ini adalah PERINGATAN maulid Nabi saw yang dilaksanakan setiap tahun, baik pada hari maulid, atau malamnya, diantaranya dengan memperbanyak sedekah, menampakkan kegembiraan dan keriangan. Lagipula  yang demikian itu adalah termasuk salah satu kebaikan kepda golongan faqir miskin."

al-Imam Jalaluddin al-Suyuthi al-Syafi'i (849-911 H) pernah ditanya tentang peringatan maulid Nabi saw, apakah ia baik atau tercela. Sang Imam menjawab: "Menurutku peringatan maulid Nabi saw, yang inti kegiatannya terdiri dari: berkumpul dan bersilaturahminya kaum muslimin, pembacaan ayat-ayat al-Qur'an, penyampaian riwayat-riwayat tentang situasi dan kondisi kelahiran beliau sallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian dihidangkan makanan/minuman, dan jamaah pun menikmatinya; lalu mereka pun membubarkan diri; yang demikian itu adalah termasuk BID'AH HASANAH, yang akan diberikan pahala. Hal itu karena didalamnya terdapat rasa pengagungan kepada Nabi Muhammad saw, menampakkan rasa gembira, dan suka cita akan tibanya maulid Nabi yang mulia itu" (lihat 'Ianah al-Thalibin, juz 3 hal. 363). 
Perlu diketahui bahwa Imam al-Suyuthi ini adalah salah seorang ulama besar dalam mazhab Syafi'i. Kitab karangan beliau  lebih dari 500 buah yang meliputi berbagai disiplin ilmu keislaman seperti; tafsir, hadits, fiqih, ushul fiqih, 'ulumul Qur'an, sejarah, nahwu, shorof, balaghoh, mushtholah, kedokteran, dan lain sebagainya.
Imam Sakhowi berkata: "Sesungguhnya amalan maulid, yang muncul setelah kurun ke-tiga dan dikerjakan banyak kaum muslimin di berbagai negara, seperti mereka bersedekah di dalamnya, dan membaca riwayat-riwayat kelahiran beliau saw, jelas karena mereka ingin mendapatkan keberkahan dari Allah swt"
Ibnu al-Jauzi berkata: "Diantara kekhususan amalan maulid ini adalah barang siapa yang melaksanakannya, dan menampakkan kegembiraannya akan kelahiran Nabi Muhammad saw, maka dapat dipenuhi oleh Allah swt keinginannya"


B. Dalil Naqly Peringatan Maulid Nabi saw

Para ulama syafi'iyyah memfatwakan bahwa pelaksanaan maulid nabi saw itu temasuk bid'ah hasanah (bid'ah yang baik), selama hanya diniatkan untuk mengagungkan junjungan kita Nabi Muhammad saw, bahkan orang yang melaksanakannya akan mendapat pahala dari Allah swt. Hal ini berdasarkan kepada firman Allah swt:

 "(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan perkara mungkar, dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada meeka. Maka, orang-orang yang beriman kepadanya, MEMULIAKANNYA, menolongnya, dan mengikuti cahaya terang (al-Qur'an) yang diturunkan kepadanya, mereka itulah orang-orang yang beruntung" (QS. al-A'raf: 157)

Dalam ayat ini, Allah swt menyebutkan kriteria orang-orang yang beruntung di akhirat kelak. Menurut Allah swt, orang-orang yang beruntung itu adalah mereka yang: beriman kepada Allah dan Nabi, mau memuliakan nabi-nabi, menolong dakwah para nabi, dan mengikuti cahaya (petunjuk) al-Qur'an. Dalam konteks ini, peringatan maulid Nabi saw termasuk ke dalam kategori : memuliakan utusan Allah swt.

Allah swt juga telah berfirman:

"dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan telah Kami angkat dari mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: Sesungguhnya Aku beserta kamu, jika kamu mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, serta beriman kepada rasul-rasulku, dan kamu MULIAKAN mereka, lalu kamu berikan kepada Allah pinjaman yang baik, maka sungguh akan Aku hapuskan kamu dari dosa-dosamu, dan Aku akan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai" (QS. al-Maidah: 12)

Dalam ayat ini, Allah bahkan langsung menyebutkan ganjaran pahala berupa dihapuskannya dosa-dosa kecil, dan menjadi ahli surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Tentu bagi kita, ganjaran pahala yang seperti inilah yang kita harapkan. Pertanyaannya adalah, kepada siapa ganjaran pahala yang seperti ini Allah berikan?
Allah swt telah menjawab itu dalam ayat di atas, bahwa ganjaran pahala yang seperti ini akan diberikan kepada orang-orang yang: mendirikan shalat, menunaikan zakat, beriman kepada para rasul, memuliakan mereka, dan mau bersedekah.
Jelas bagi kita, bahwa melaksanakan peringatan maulid Nabi Muhammad saw termasuk ke dalam bentuk 'memuliakan para rasul' itu.

Allah swt juga telah berfirman:

"Barang siapa yang MENGAGUNGKAN syi'ar-syi'ar Allah, maka itu adalah perwujudan dari hati yang bertakwa" (QS. al-Hajj: 22)

Nyatalah bagi kita bahwa Nabi Muhammad saw adalah salah satu syi'ar (tanda) Allah swt yang paling besar. Kemunculannya ke dunia menjadi sebab utama dikenalnya Allah swt oleh manusia di bumi ini. Maka sudah sewajarnya bila kita, sebagai umat Nabi sedikit "tahu diri" dan bergembira menyambut hari lahirnya Nabi saw. Tentu saja, dengan niat tulus mengagungkan dan memuliakannya, bukan untuk MENYETARAKAN nya dengan Allah swt, seperti cara-cara kaum Nashrani yang begitu berlebihan dalam memuliakan Nabi Isa bin Maryam as.

Allah swt juga berfirman:

"Katakanlah: Dengan karunia Allah swt dan rahmat-Nya, hendaklah kamu sekalian bergembira" (QS. Yunus: 58)

Ibnu Abbas rahimahullah suatu ketika ditanya tentang kata "karunia" dan "rahmat" dalam firman Allah swt tersebut, dan beliau menjawab:
"Yang dimaksud dengan "karunia' itu adalah ilmu, sedangkan "rahmat" dalam ayat itu adalah Nabi Muhammad saw. Lalu beliau membaca ayat:

"dan tidaklah Kami mengutusmu (wahai Muhammad) kecuali untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam" (QS. al-Anbiya': 107)

Selain itu, dalam sebuah hadits dari Abu Qatadah disebutkan:

"Rasulullah saw ditanya tentang puasanya pada hari senin. Beliau menjawab: Karena pada hari ini aku dilahirkan dan pada hari ini pula Allah menurunkan wahyu-Nya kepadaku"

Jadi berdasarkan hadits di atas, jelas bagi kita bahwa akar dari peringatan maulid Nabi saw sudah terlacak sampai kepada Rasulullah saw. Dimana bentuk peringatan beliau adalah dengan melaksanakan ibadah puasa. Kenapa Nabi saw tidak merayakannya seperti kita? Mengapa beliau tidak memerintahkan para sahabat untuk menggelar peringatan dan perayaan akan kelahirannya? 
Tentu saja, karena Nabi Muhammad saw adalah seorang yang sangat pemalu dan tinggi tawadhu'nya (rendah hati). Sungguh tidak etis bagi beliau untuk memerintahkan para sahabat melakukan itu, karena beliau bukan sosok yang gila hormat dan gila pujian. 
Akan tetapi, beliau sangat menghormati orang lain dan memerintahkan untuk saling menghormati. Dalam salah satu riwayat disebutkan:
Saat Nabi saw sedang bersama para sahabat, untuk mendiskusikan hukuman bagi kaum yahudi Bani Quraidza; tiba-tiba datanglah Sa'ad bin Mu'adz, kepala suku Aus dari golongan Anshar. Melihat para anak buahnya biasa saja dengan kedatangan Sa'ad bin Mu'adz ini, Nabi saw lalu bersabda:

"Berdirilah kamu, dan sambutlah sayyid (pemimpin) kamu ini"
(Tarikh Islam-Muhammad Rasulullah, oleh Muhammad Ridho, halaman: 238)
Jadi bahkan Rasulullah saw, memerintahkan agar kita berdiri dan menyambut dengan hormat kedatangan orang-orang besar atau pemimpin-pemimpin kita.
Lalu bagaimana dengan Rasulullah saw? Tentu lebih utama bagi kita untuk menghormati dan menyanjung beliau.
Dalam sebuah hadits yang umum, Nabi saw pernah bersabda:

"Belum sempurna iman salah seorang dari kamu sehingga ia menjadikan aku lebih ia cintai ketimbang orang tuanya, anaknya, dan manusia pada umumnya"
(Hr. Bukhori-Muslim)

Sungguh tidak ada keraguan bagi kita, bahwa kita melaksanakan maulid Nabi saw ini adalah juga sebagai salah satu bentuk rasa cinta dan sayang kita kepada Nabi Muhammad saw.
Allahumma shollli 'ala sayyidinaa muhammad, wa 'ala aaali sayyidinaa muhammad.
Wallahu'alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar